Saturday, October 24, 2009

KISAH SEDIH MENUJU MESIR

Hari itu adalah hari besar bagiku. Hari itu aku beri nama “ Hari Musibah “, karena pada hari itu aku tertimpa dua musibah yang tidak mungkin aku lupakan selamanya. Pertama aku tidak besa berangkat ke Mesir bersama teman-teman dari Depak, karena minimnya tempat duduk dipesawat. Sebenarnya ada tempat duduk, satu, tapi husus bagi kariawan dipesawat. Tempat itu diperkenankan untuk aku tempati, hanya saja dengan imbalan tiket sebesar delapan belas juta. Akhirnya pengerus dipondokku membeli tiket lain yang berangkat keesokan harinya setelah keberangkatan teman-teman Depak.

Berangkatlah aku ke Mesir dengan tanpa orang yang mau aku pijaki. Pada saat itu aku seperti orang yang kehilangan singgahan tidak tahu harus kemana dan dibawa kemana. Tapi “Bismillahi al-Rahmanirrahim”, itulah pijakanku pada saat itu, dan keyakinanku pada Allah. Tenanglah hatiku. Allah telah memberikan sebuah kekuatan keyakinan kalau aku pasti akan sampai ke Mesir.

Dipesawat aku rasakan kesendirian, kebingungan, kulihat kedepan tempat dudukku terus menerus. Disana ada dua cewek sedang bercakap-cakap penuh tawa, ria. Lega hatiku, bukan karena aku lihat dua cewek itu cantik, anggun dan manis, karena pada saat itu aku tidak bisa menemukan kecantikan pada diri siapapun, semua bagiku sama, yang cantik bagiku adalah Mesir, tempat awal tujuanku “ Menuntut Ilmu “, tapi karena aku melihat kalau gerak girik cewek itu adalah orang yang satu tujuan denganku, yaitu menuntut ilmu di Mesir.

Aku pingin sekali kanalan sama mereka, tapi aku takut cewek itu punya tanggapan lain akan perkenalanku samanya, disamping itu aku sudah berjanji sebelum aku berangkat ke Mesir untuk menghapus semua nama cewek dalam agendaku. Pada saat aku menimbang-nimbang untung ruginya kenalan sama mereka. Sampailah pada sebuah keputusan, yaitu berkenalan.

Sebelumnya aku masih bingung untuk memulai perkenalan itu. Aku cari berbagai macam cara agar aku tidak terkesan main-main. Sebelum sempat aku mengutarakan perkenalan, salah satu dari cewek itu menoleh kebelakang, tepat sasaran ditempat dudukku, sambil tersenyum, tak terpengaruhlah hatiku pada saat itu. Dia mau meminjam alat pendengar yang kebetulan tidak aku pakai, mau dipakai gimana aku gak tahu cara ngidupin TVnya, gaptek banget aku pada saat itu. Sedikit aku tersenyem aku diriku tersebut.

Tanpa memikirkan itu semua, aku gunakan kesempatan itu untuk berkenalan padanya saraya memperkenalkan diri

“ Ahmad ”Namaku “ Ahmad, embak siapa?

“ Tina “ namaku tina, ( nama samara ) aku dari aceh.

“Ahmad” mau kuliyah Bak?

“Tina” ia

Ahmad “ Kemana ?

‘ Tina “ ke Maroko. Kebetulan memang pada saat itu Depak memberangkatkan siswa yang mau ke Maroko dan ke Mesir. Aku akhiri perkenalan itu dengan sebuah kekecewaan.

Kembali aku merenung murung memikirkan akan nasibku nanti, apakah aku akan sampai atau akan jadi orang jalanan ?.

pesawat mendadak bergetar gak tau kenapa. Ternyata dia mau mendarat. Rupanya aku sudah sampat di Malaisiya. Aku berkata dalam hatiku “Malaisiya kok dekat banget dengan Indonesia”.

Turunlah aku dari pesawat dengan hati berdebar-debar. Ada rasa hawatir menghantuiku, terkait dengan perlengkapan persyaratan pergi keluar negri, baik yang terkait dengan Visa Paspor dan lain sebagainya. Waktu itu aku tereingat kejadian yang menimpa 29 santri Banten yang terlantar di Mesir dan santri-santri lain yang perjalanannya terhenti di Malaisiya, dikarenakan persyaratan yang tidak mereka penuhi.

“Tak seperti biasanya kita masih turun dari Pesawat” terdengarlah kata ini dari sebagian penumpang. “kalau dulu penumpang yang tidak turun di Malaisiya tidak diperkenalkan turun dari pesawat”, kudengar sebaian komentar dari mereka ke yang lain. Tak ambil pusing duduklah aku dikursi yang disediakan di Bandara Malaisiya setengah jam sebelum melanjutkan perjalanan. Kebetulan disampingku ada seorang cewek. Dia Nampak seperti TKW entah mau kerja dimana, tapi yang pasti bukan di Malaisiya. Cewek itu Nampak dewasa sekali. Maklum tampangnya udah agak tua, maksudnya lebih tua dari aku, mungkin sekitar umur tiga pulihan gitu.

Kunikmati perenungan kembali, dengan sedikit ada sesak di dada karena rasa hawatir tadi. Kira-kira lima menit, cewek yang berada disampingku tadi merusak lamunanku. Dia menanyaiku seputar keganjilan trasansit tersebut. dia berkata “Dik kalau dulu kita gak usah teransit disini ( Malaisiyah )”. “Oh gitu Bak” aku menimpalinya. “Mungkin ada pemeriksaan dan mungkin ini lebih diperketat” perempuan tadi melanjutkan pembicaraannya. “iiih menakutkan sekali” aku bergumam.

Ku tarik nafasku panjang-panjang, untuk melenturkan cemas yang makin menggerogoti pikiranku. “Astagfirullah” aku terhentak mendengar panggilan kalausanya semua penumpang harus bersiap-siap untuk meneruskan perjalanannya kembali. Sebelum meneruskan perjalanan petugas diloket Bandara masih memeriksa Tiket dan Paspor. Tobur panjang sekali, tapi Alhamdulillah aku berada dideretan agak depan. Dedepanku ada lima orang, yang kelihatannya sangat tegar, tenang gak seperti aku yang masih terus dek dekan. Sampailah kebagianku. Petugas itu meminta Tiket dan Paspor dengan bahasa inggris, namun aku bisa memahaminya, karena dia sambil menggulurkan tangannya meminta agar aku menyerahkannya. Kebetulan petugasnya perempuan putih, cantik lagi. Tapi tak adalah pengaruh sedikitpun akan kecantikannya. Alhamdulillah aku selamat dari musibah. Berjalanlah aku menuju pesawat kembali. Sepuluh menit kemudian berangkatlah pesawatku.

Kini aku benar-benar sendiri, teman dudukku sudah turun di Malaisiya. Sementara penumpang yang lain ku anggap gak ada, karena aku gak bisa ngomong ma mereka. Tiba-tiba kulihat seorang laki-laki Nampak matanya sipit. Aku kira dia orang cina, menghampiri aku. Ternyata dia mau duduk didekatku. Tanpa ragu keperkenalkan diri. Ternyata dia orang Singapor. Dia bisa berbahasa Inggris Malaisiya dan sedikit bahasa Indonesia. Kini aku sudah punya teman duduk yang bisa untuk diajak bersanda. Dia sungguh baik sekali mengajari aku mengoprasikan TV yang ada didepan pas tempat dudukku. Dia juga yang memintakan makan pada Pramugari. Dia juga yang menerjemahkan setiap tawaran Pramugari tersebut. cantik sekali ku lihat Pramugari itu, tinggi dan putih. Sedikit aku sudah mulai bisa komentar. Ada sedikit ketenangan. Tapi apalah arti semua itu. Pramugari emang cantik-cantik. “Ya kelasnya internasional sich” aku bergumam dalam hatiku. “Ya gak mungkinlah orang-orang rumahku diterima jadi Pramugari” Ku komerntar sendiri mengenahi keberadaan orang-orang dirumahku.

Pada saat itu aku merasa berdosa, karena aku harus menurut kata nafsuku mengomentari Pramugari tersebut. aku teringat firman Allah yang menjelaskan bahwasanya ketika sedang lagi ada masalah kita kembali padaNYA namun ketika masalah itu hilang kita lipa diri. “Astagfirullah” ku lafadzkan seruan taubat berkali-kali. Malam sudah tiba. Kulihat keluar Nampak gelap sekali, tak bisa aku melihat apapun. Orang-orang sudah pada tidur. Teman yang disampingku juga pada tidur, dia menutup mukanya dengan sapu tangan. “mungkin dia lagi capek gak mau tuk diganggu” aku berfikir. Malam itu aku gak bisa tidur, gelisah sekali. Aku gak tahu gimana nanti setelah pesawat ini mendarat kembali di Doha ( Bandara di Qatar )? apa yang akan menimpaku nanti? Sampaikah aku ke Mesir? Pertanyaan it terus berputar dalam otakku. Sampailah aku pada sebuah jawaban yang mengilhamiku.

Aku teringat pesan Bapak Haji Mahmud sewaktu aku di kantor DPD. Beliau mengatakan bahwa kita semua pasti akan sukses dengan satu kunci “Takwa”. Kebetulan pada saat itu ada kumpulan para alumni Pondok Sidogiri yang sedang melaksanakan program kerja kedepan para alumni. Pesan itu terus tergambar dalam benakku, dan meyakinkan aku sampai ke Mesir. Tenanglah aku kembali. Akhirnya aku terlelap bersama heningnya malam.

Pas jam delapan pagi sampailah aku di Doha ( Bandara di Qatar ) aku berjalan mengikuti yang lain menuju ke dalam Bandara. Kulihat mereka semua sama-sama punya gandengan, maksudnya teman ngomong, hanya aku sendiri yang berjalan bertemanan dengan tanah yang ku injak langit yang menaungi, waktu itu aku menoleh kelangit seraya bertanya pada diriku sendiri “Ada apa ya di atas langit”. Ku terus masuk ke Bandara gak tau harus kemana, aku hanya mengikuti mereka yang tidak aku tunjuk untuk menunjukkan aku jalan. Pas didepan tangga aku melihat dua cewek yang pernah aku kenali dipesawat. Kulihat mereka lagi kebingungan mencari jalan tempat istirahat, tapi apalah pedulilku, aku juga lagi bingung pada saat itu, gak mungkinlah aku sok tahu memberi jasa nunjukkin dua cewek tersebut. walaaah malah cewek itu datang menghampiriku menanyai tempat istirahat, akupun bilang terus terang kalau aku juga lagi bingung. Tiba-tiba datang cewek setengah baya menghampiri kita semua, menunjukkan jalan tempat istirahat. Alhamdulillah aku bisa istirahat menunggu keberangkatanku kembali ke Mesir 5 jam lagi. Kulihat tempat duduk pada kosong tak terisi, hanya ada satu cewek gak tau dia dari mana, tapi yang jelas dia orang luar negri. Aku duduk disampingnya merebakan punggungku ketempat duduk.

Kulihat cewek itu menimang-nimang Paspor dan tiket yang warnanya sama dengan tiketku, tapi tiket dia udah di oret-oret, berbeda dengan tiketku yang masih bersih kosong dari oretan. Aku jadi bingung takut tiketku harus disamakan dengan tiket cewek tersebut. akhirnya aku menghampiri petugas di Bandara tersebut, aku bermaksud menanyakan seputar tiketku. Tapi apalah arti semua itu, aku gak ngerti bahasa mereka.

Akhirnya aku duduk lagi ketempat dudukku yang semula. Akupun memberanikan diriku untuk kenalan sama cewek tersebut. “inilah cikal bakal musibah kedua yang menimpaku” , siapa tau dia nanti mau memberikan jasanya membantu menghilangkan kebingunganku. Ternyata cewek itu orang Pilipina. Aku tahu dari paspornya karena pas aku mau memperkenalkan diri dia ngasih paspornya. Dia mengaku kerja di negari Arab entah dimana aku udah lupa. Dia mau pulang kenegaranya. Kulihat dia baik sekali, akhirnya aku keluarkan tiketku, aku ceritakan semua perjalananku. Dia Nampak iba, entah apa dia Cuma bersandiwara untuk mngelabuhiku. Akhirnya cewek itu mengajak aku makan. Aku senang sekali karena dia baik sekali padaku. Dia bilang kalau dia yang mau bayarin, tapi dia meminta tiketku untuk diperlihatkan kepetugas yang memberikan makanan. Kemudian cewek itu mendatangi petugas yang lain entah dia petugas apa aku gak tahu. Cewek itu meminta uang padaku sebanyak lima dolar, akupun memberikannya karena aku pandang dia lebih tahu kemaslahatanku pada saat itu. Pokoknya aku turuti semua yang dia katakan dengan bahasa yang tidak jelas karena antara kita saling tidak memahami bahasa satu sama yang lain, tapi pada saat itu kita menggunakan bahasa isyarah.

Kembalilahlah aku ketempat semula, duduk sambil sanda. Aku ambil HPku yang kebetulan pada saat itu ada ditempat dimana semua uangku ada disitu. Cewek itu melihatnya, tapi sedikitpun aku tidak punya rasa curiga. Akhirnya aku ambil haedsetku dengarin musik. Cewek itu memintaku dengarin musik bersama, akhirnya aku kasih salah satu alat pendengarnya ke dia, kita dengarin musik bersama.

“Astagfirullah” aku lantunkan kata itu kembali. Aku baru menyadari kalau aku lagi berduaan sama cewek yang bukan mahramku, kebetulan memang saat itu Bandara dibagian tempatku lagi sepi. Aku bertanya pada diriku sendiri “Apakah pada saat yang seperti ini aku boleh berduaan sama cewek dengarin music bersama”. Sungguh aku luluh didepan cewek tersebut aku seperti tersihir olehnya. Aku nurut semua apa yang dikatakannya. Sebenarnya aku sempat punya pikiran jelek padanya tapi semuanya aku tepis.

Berapa menit kemudian aku lihat cewek itu memegang saku celananya dan mengutak atik tasnya. Dia Nampak seperti kebingungan. Kulihat wajahnya memerah. Kulihat dia dengan mata meneliti. Akhirnya aku menanyakan dia:

Aku, hai ada apa?

Cewek, uangku hilang semua sambil menyodokan amplop tempat uangnya ditaruh. Gimana aku nanti pulang? Melanjutkan ngomongnya. Uangku semua sudah habis. Ini gimana?

Akhirnya aku menawarkan untuk mencarinya. Kucari uangnya bersamnya kelilinng bandara “Capek sekali rasanya”. Kembalilah aku ketempat duduk semula. Cewek it terus mengangis. Tak selang kemudian cewek itu meminta uang dolarku. Aku terkejut sekali atas permintaannya yang aneh itu. Dia terus merintih memaksaku agar memberikan uangku, akhirnya aku mengeluarkan uang dolarku sepuluh dolar, namun dia gak menerimanya, katanya sepuluh dolar gak cukup. “Terus kamu mau minta berapa” aku bertanya padanya. “Seratus Dolar” terperanjaklah aku dari tempat dudukku, terkejut dengan permintaannya aku, bergumam “Ni orang minta tapi kok narget”. Aku diam lama sekali dalam pertimbangan, apa cewek ini penipu atau benar-benar minta bantuan?.

Setengah jam kemudian ku berikan uangku seratus dolar dengan berat sekali sambil bergumam kembali “Ya Allah uang ini ku berikan dengan iklas padanya, kamu adalah saksinya, sukseskanlah aku dengan kebaikan ini untuk sampai ke Mesir” akhirnya cewek itu mengeluarkan perhiasan yang disimpannya, aku dikasih dua anting. Sebelumnya aku minta perhiasan itu seharga dolar yang kukasihkan, tapi dia gak mau memberikan, malah dia memberikan janji untuk mengganti uangku “nanti mau di trasferin” katanya bodoh sekali aku menerima tawarannya, mau ditransferin kemana?

Selang beberapa datang rombongan orang-orang beraut Arab ada satu duduk disampingku, seorang laki-laki baya. Umurnya sekitar enam puluhan, namun dia Nampak segar. Aku udah gak lagi canda ama cewek tadi karena aku sedikit kesal. Akhirnya aku kenalan ma orang itu, ternyata dia orang Mesir lagi perjalanan mau ke Mesir “Alhamdulillah” keluar reflek dari mulutku. Dia baik sekali. Akhirnya aku ceritakan kejadian yang menimpaku, kuberikan dua anting padanya, dia Nampak seperti ragu akan keaslian dua anting itu akhirnya dia menanyakan keteman2nya, dan ternyata dua anting itu palsu. Dari situ aku sadar bahwa aku telah ditipu. Akhirnya ku noleh ketempat duduk cewek itu dan ternyata dia sudah tiada. Aku masih melihatnya mau aku kejar tapi orang mesir itu gak member izin seraya berkata “Udah dik gak usah dikejar nanti kamu sendiri yang bahaya” fasih sekali orang Mesir itu berbahasa Indonesia. Akhirnya aku lihat tempat uangku yang lain ditasku. Ternyata lenyaplah semua uangku. “Astagfirullah mati aku”. Aku mengadu pada orang mesir tersebut. Alhamdulillah dia menyabar-nyabari aku. Dan akhirnya berangkatlah pesawatku ke Mesir.

Dan sampailah aku di Mesir dengan selamat, kulupakan semua kejadian yang menimpaku, karena kebahagiaan yang tak terhingga, yaitu sampai ke Negri Kinanah Mesir.

Selamat menuntut ilmu di Mesir.

No comments:

Post a Comment